Berita

WOMAN STAFF RETREAT

248views

“Surabaya…oh Surabaya, kota kenangan tak kan terlupa…”

Adalah sepenggal lagu perjuangan yang menceritakan tentang sejarah kota Surabaya, kota pahlawan yg menjadi cerita kenangan di mana rakyat Indonesia pada saat itu berjuang untuk merebut kembali kota Surabaya dari tangan penjajah.

Kali ini kota Surabaya juga menjadi kenangan manis bagi para perempuan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia, karena menjadi tempat pertemuan pada tahun ini. Datang dari berbagai kota di Indonesia, dari Medan sampai Papua, sekitar 180 perempuan menikmati acara dengan tema “Knowing & Maximizing My Uniqueness as a Woman Staff”.

Di hari pertama, Adjie Notonegoro, seorang perancang busana kondang di tanah air dan juga mancanegara, menyampaikan materi yang menolong anggota staf perempuan bagaimana menggunakan kain kebaya dan kain-kain tradisional yang sangat kaya dimiliki oleh bangsa ini, secara proporsional dan benar. Penyampaian yang segar, dan dipandu oleh ibu Tina Susanto membuat para peserta mendengarkan dengan baik dan kadang diselingi gelak tawa.

Tidak hanya diperlengkapi bagaimana agar maksimal dalam penampilan secara fisik, para peserta juga diperlengkapi secara rohani dengan pengetahuan dari Firman Tuhan dan keterampilan agar dapat melayani dengan lebih baik lagi.  Ibu drg. Niken Wairata, Ibu Dra.Farida Listiyani, Ms. Ratnaningsih, S.Pd. MA , Ibu Marlyn Uy dan Ms.Lisa Salvador dari ASEO serta tidak ketinggalan Drs. Wim Wairata, National Team Leader LPMI juga memotivasi peserta agar maksimal dalam melakukan peran mereka.

Selain acara di kelas besar, peserta juga diberikan waktu untuk “Alone with God” ~ waktu pribadi bersama Allah untuk merenungkan dan merefleksikan diri tentang “Aku dan Musim Kehidupanku”. Di mana titik/posisi kami berada, dalam perjalanan rohani kami bersama Tuhan, sehingga tetap berada di jalur Allah.

Tidak ketinggalan, My Action Plan dilakukan dalam kelompok kecil ~ dimana peserta dapat menulis perencanaan mereka & saling mendoakan.

Di akhir acara selama 3 hari tsb., ibu drg.Niken Wairata, koordinator Pelayanan Doa & Perempuan kembali mengingatkan melalui Yohanes 15:16, pentingnya hidup melekat kepada Tuhan dan Firman-Nya, agar dapat menghasilkan buah yang lebat.

Sebuah puisi yang sangat indah, terjemahan bebas dari puisi ‘Life is but a Weaving’ (The Tapestry Poem” karya Corrie Ten Boom) menjadi sebuah perenungan ~ yang melukiskan bagaimana Allah merenda segala sesuatu dalam hidup kita, termasuk kehidupan para staf perempuan dengan begitu baiknya:

Hidupku adalah sebuah tenunan
terbentang antara Tuhanku dan aku
Tak dapat kupilih warna-warna ‘tuk dikerjakan-Nya dengan rajin
Kerap kali Ia tenunkan kesedihan
Dan aku, dalam kebodohan dan kesombonganku, lupa bahwa Ia melihat sisi atas, sementara aku, sisi bawah
Sampai alat tenun terdiam dan kumparan  berhenti bergerak
Takkan dibukanya lembar lukisan itu dan jelaskan apa maksud-Nya
Benang hitam sama berharga di tangan terampil sang Penenun
Seperti benang emas dan perak dalam pola rencana-Nya
Ia mengerti, Ia mengasihi, Ia peduli
Tak ada yang bisa meredupkan kebenaran ini
Ia memberikan yang terbaik
pada mereka yang menyerahkan pilihannya kepada-Nya.”
To God be the glory !! (by RS)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response