Komunitas

MERAYAKAN KEUNIKAN KITA

99views

Merayakan Keunikan Kita

Pada tahun 2004, ada sebuah film berjudul Mean Girls yang menceritakan situasi  di sekolah menengah dan berpusat pada kelompok gadis-gadis populer yang disebut The Plastics. Mereka adalah geng yang terdiri dari para gadis cantik dan paling populer, suka mengejek dan mengucilkan orang lain. Tapi itulah yang terjadi di SMA, bukan?

Saya berasumsi ketika para gadis bertumbuh dan menjadi dewasa maka “gadis-gadis kejam” dan “cara-cara seperti di film dan sinetron” akan hilang. Khususnya di kalangan orang-orang Kristen. Apa yang terjadi ketika hal itu masih tetap terjadi?

Sering kali saya melihat wanita menjadi ‘kejam’ dan ‘kelihatan tidak tulus’. Pada saat yang sama, saya pikir mereka pernah terluka dan menutupi rasa ‘sakit’ mereka.

Lalu ada wanita yang terlalu baik. Anda tahu orangnya, jika Anda bertanya bagaimana keadaannya dan dia akan selalu mengatakan “baik.” Saya rasa ada sesuatu yang mereka tutupi. Ketika saya menjalani perjalanan kehidupan,  ada waktu-waktu di mana saya mengisolasi diri dari para wanita yang lain. Karena pernah mengalami hal yang negatif dengan komunitas yang negatif sehingga lebih mudah untuk memilih untuk tetap di rumah dan membuka Facebook. Padahal kita diciptakan untuk sebuah relasi jadi seharusnya kita tidak meninggalkan ‘hubungan’ dengan orang lain yang ada di sekitar kita.

Dapatkah Anda mengetahui apakah komunitas Anda ‘tulus  atau ‘palsu’? Berikut beberapa hal yang dapat menjadi tanda:

Membandingkan diri:

Saya jamin setiap kali saya harus ‘dihukum’ dengan memasukkan uang ke dalam celengan setiap saya membandingkan diri dengan wanita lain, saya akan dapat membeli banyak sepatu.

Ia lebih pandai.

Ia lebih kurus.

Lebih terpelajar.

Lebih percaya diri.

Anak-anaknya lebih pandai.

Ia lebih kreatif.

Ia lebih muda.

Ia lebih cantik.

Ia lebih diberkati.

Dan daftar dapat terus berlanjut….

Seharusnya, kita perlu merayakan keunikan kita. Kita benar-benar unik. Kita adalah  karunia dari Pencipta alam  semesta. Pikirkan tentang hal itu. Jika Allah ingin anda menjadi seorang penyanyi, Ia akan membuatnya demikian. Mari kita menggunakan karunia yang telah Ia berikan dan merayakan perbedaan kita. Bersama-sama kita dapat melakukan hal yang besar.

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:….” (Roma 12:6)

Gosip

Kita membicarakan orang lain, dan bahkan menutupinya sebagai ‘pokok doa’. Kita bahkan berkata,”Saya seharusnya tidak mengatakan kepadamu, tetapi……’ Saya pernah melakukan hal ini, dan saya kira anda juga pernah. Saya merasa diri saya lebih baik, ketika orang lain tidak mengalami hal yang sama seperti yang saya alami. Itu sesuatu yang buruk, tetapi sering kali terjadi.

Mari membawa beban kita kepada Tuhan. Jika kita perlu berbicara dengan serius, biarlah kita membicarakannya dengan orang tersebut secara langsung. Mari kita menjadi pembawa kebenaran dengan dibekali kasih karunia. Kita tidak perlu berbicara tentang orang lain dan merasa ‘lebih’. Biarlah gosip tidak ada di antara kita.

“Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib” (Amsal 16:28) 

Sikap Menghakimi

Kita menghakimi pilihan dan motif orang lain. Kita berpikir “Kita tidak akan melakukan hal itu atau mengatakan dengan cara seperti itu.” Kita merasa kita perlu melihat pilihan orang lain dan berbicara tentang hal itu kepadanya. Anda tahu bagaimana hal itu terjadi.

Mengapa ia menikah terlalu muda?

Mengapa dia homeschooling?

Mengapa dia lama tidak memperoleh anak?

Mengapa ia mendukung kasus itu?

Mengapa ia berpakaian seperti itu?

Lebih baik kita merayakan bersama ketika wanita lain menaati apa yang Allah kehendaki dari mereka. Hal itu mungkin berbeda dengan apa yang Ia minta dari kita, dan itu tidak apa-apa.

“Juga ini adalah amsal-amsal dari orang bijak. Memandang bulu dalam pengadilan tidaklah baik.” (Amsal 24:23)

Kurang Berempati

Kadang kala kita tidak hanya ‘mendengarkan’. Kita ingin mengendalikan dan memperbaiki. Kita begitu cepat memberi solusi sehingga kita kehilangan kesempatan dalam kebersamaan dengan orang itu. Kita tidak perlu memperbaikinya. Dia tidak perlu mendengarkan apa yang akan anda lakukan atau buku terakhir yang anda baca. Akan ada saatnya anda membagikan cerita anda, tetapi sekarang bukanlah saatnya. Anda dapat menceritakan kepadanya, nanti. Dengarkan saja. Mari kita mempraktekkan pelayanan dengan ‘kehadiran’ kita.

“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Roma 12:15)

Pencitraan

Gereja tidak imun dengan budaya ‘selfie’. Bukannya bersikap otentik satu terhadap yang lan, kita lebih peduli pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Kita berusaha bertindak seperti apa yang mereka harapkan. Yang berkompetisi bukan hanya pria. Para wanita juga selalu berkompetisi. Kita berusaha mendapatkan pujian melalui penampilan kita, mendapatkan identitas kita di tempat kerja, pelayanan dan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga.

Jangan berkompetisi, mari menang bersama. Mari berusaha untuk hidup otentik. Mari kita merasa nyaman dengan ‘keaslian’ diri kita, tanpa topeng.

“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”. (Galatia 1:10)

Komunitas wanita yang sinis masih ada, tetapi komunitas yang otentik juga ada dan mereka membawa pengaruh. Mari kita berusaha menciptakan tempat-tempat yang nyaman agar kita dapat berhubungan dengan tulus, saling memperhatikan dan penuh dengan kasih karunia. Sikap negatif dapat dihentikan jika kita membiarkan kuasa Roh Kudus tinggal dan menguasai hidup kita. Wanita mengasihi  wanita yang lain, tanpa kepura-puraan.

https://www.cru.org/us/en/blog/life-and-relationships/women/ladies-are-you-still-part-of-the-mean-girls.html

(By Rebekah Kinard, translated by Reva)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response